A memory- Kenangan itu selalu berulang, menari-nari dipikiran. Jika memang aku disuruh memilih satu saja, tentu akan sulit. Baik itu kenangan baik ataupun buruk. Menurutku, kenangan tetap kenangan yang menjadikan pembelajaran dan proses pendewasaan diri. Kenangan itu bagai kaset yang siap diputar. Jika pun kuceritakan satu kenangan, tak kan habis dan tak kan cukup kata untuk mendeskripsikannya.
*****
Disuatu siang, di tengah teriknya matahari. Tiga bocah yang berusia lima tahun sedang asyik bermain. Dua bocah sedang sibuk bermain masak-masakan dan satunya sedang bermain sepeda. Hingga entah bagaimana sepeda yang dinaikinya melaju di jalan menurun dan membuatnya jatuh tersungkur. Kedua temannya berteriak dan berlari mendekatinya. Namun, bocah ini hanya diam tak menyaut. Dia bangkit dari jatuh dan berjalan pulang ke rumah tanpa memperdulikan teman-temannya.Bahkan sepeda temannya pun tak dihiraukan apakah rusak ? Atau yah sudahlah. Tidak ada rasa sakit ataupun menangis sepanjang perjalanan.
Di rumah, seorang ibu sedang memasak ketika anak perempuannya datang dan langsung masuk ke kamar. Aneh, tidak biasanya anak ini berperilaku demikian. Ibunya bergegas ke kamar dan melihat dia sedang berbaring tengkurap membelakangi sang ibu.
"Dek, kamu kenapa ?"
Diam.
"Hei, ditanya itu jawab. Kamu kenapa dek ?" sambil membalikan badan sang anak. Dilihat darah bercucuran dari hidung sang anak. Tangis sang anak pun pecah.
*****
Pagi itu ibu dan anak perempuan bersiap mandi di rawa belakang rumah. Sang ibu duduk di ujung jamban dan anak perempuannya berada di belakang. Ketika sang ibu sedang mencuci pakaian, anak perempuannya juga sedang asyik bermain air. Entah apa yang dilihat anak perempuan tersebut hingga akhirnya dia tercebur ke dalam rawa.
*byur*
Sesak rasanya, air perlahan-lahan masuk ke dalam mulut, mencoba mencari-cari udara. Bernapas, ayo bernapas.Tiba-tiba gelap.
Sang ibu pun menyadarinya. Kedua tangannya singgap mencari dan menarik kepala anak itu hingga keluar dari rawa. Alhamdulillah, selamat.
*****
Antrian di tukang batagor langganan cukup ramai waktu itu. Aku menunggu sembari duduk di samping gerobak batagor. Tidak lama setelahnya, datang dua lelaki berbocengan menngunakan sepeda motor. Salah satu lelaki itu turun dan memesan sedangkan temannya entah kemana dia. Aku tak begitu menghirukan gerak geriknya yang aku rasakan hanya lelaki ini berdiri persisi di sampingku - mengajaku untuk mengobrol tetapi tetap tak kuhiraukan.
Sampai dimana pesanan dia sudah datang, dan masih juga mengajakku berbicara. Aku menghormatinya dengan menanggukan kepala dan tersenyum.Tidak bergitu jelas apa yang dia ucapkan, hanya saja aku mendengar dia bertanya namaku dan dia menyebutkan namanya. Tak begitu jelas terdengar, sebab ramainya jalan dan helem yang masih bertengger di kepalaku menjadi penghalang pendengaran.
Elang, gilang, magelang. Sungguh.... aku tak jelas mendengarnya. Dan aku tak menyebutkan namaku.
Sejak saat itu tak pernah lagi bertemu bahkan sekedar papasan saja pun tidak.
Cukup ya ? Jika pun aku ceritakan maka takan cukup untuk menuliskannya. Selamat kembali dihari esok, terima kasih sudah mampir !
Salam,
September, 23/09/2020
Comments
Post a Comment