Pendapatan yang tinggi tidak menjamin seseorang itu bahagia atau tidak. Kebahagiaan diciptakan oleh diri kita sendiri. Waktu kebersamaan itu mahal harganya.
-Bapak Dosen Ekonomi SDA dan Lingkungan
Gumuk Pasir, 2017 |
Itu hanya awalannya aja.
Tahun 2015 pertengahan tahun, pertama kali aku mulai menjadi anak rantau. Daftar kuliah kesana kemari-banyak sudah yang kudaftar, tapi apa daya belum rezeki. Segala yang kuusahakan sekeras itu belum rezeki. Seketika diliputi rasa gundah, sedih, gagal, tidak bahagia ?
Tidak pernah berpikir juga akan masuk di perguruan tinggi swasta Islam di Yogyakarta. Tujuanku dulu adalah aku kuliah di Bandung aja, haha. Sekekeuh itu buat kuliah disana, tapi ternyata rezekinya kuliah di Yogyakarta. Tidak pernah menyesal pernah merasakan hidup disana selama kurang lebih tiga tahun lamanya.
Bahagia sekali waktu itu, kuliah jauh dari orang tua merasa bahwa aku bisa nih cobain kesana kemari -yang dimana kalau di rumah aku ngga pernah bisa bebas pergi. Bisa merasakan hal-hal baru. Mulai dari ikutan organisasi-lomba- semua yang menurutku aku harus coba ya aku coba.
Bahkan ketika yang lain homesick diminggu-minggu awal sampai beberapa bulan, aku ga homesick sama sekali. Aneh ? Nggak sih menurutku, ada banyak hal yang kalian tidak tahu dan itu yang membuat aku tidak merasakan homesick.
Ada kebahagiaan baru yang timbul, teman baru, lingkungan baru, tinggal sendiri, adaptasi baru dan segala hal yang tidak pernah aku bayangkan.
Bahagia ? Oh jelas. Aku sangat bahagia, bisa survive di kota orang.
Kedua kalinya, aku merantau ke Purwokerto. Kota dimana aku juga belajar banyak hal, tidak begitu lama memang tapi cukup berkesan.
Kota ketiga adalah Solo. Lanjut studi lagi dengan segala daya dan upaya yang ada. Kota yang nggak pernah kepikiran untuk tinggal selama dua tahun disana, mungkin tidak genap dua tahun tapi tetap berkesan.
_____
Bahagia pun tetap berdampingan dengan kesedihan. Ada ribuan kebahagiaan maka ada pula sedihnya, semakin kesini suka mikir apa sih yang aku cari sampai sejauh ini ? Lalu setelah ini apa ? Apakah semua hal itu cukup membuat bahagia ?
Bahagia pun kalau tidak ada keluarga yang membersamai akan terasa tidak baik-baik saja. Akan ada saja yang kurang.
Apa sih yang kamu kejar sampai saat ini ? Pertanyaan yang selalu berulang-ulang aku tanyakan pada diriku sendiri. Aku percaya bahwa setiap orang punya pilihan bahagianya sendiri termasuk aku.
Kalau ditanya ya deskripsi bahagia menurut aku ya abstrak sekali...bisa jadi bahagia itu jika aku mensyukuri dengan segala apa yang sampai saat ini aku dapatkan. Bahagia itu bagaimana aku menerima diriku sendiri, berusaha dengan segala upaya yang ada. Bahagia itu dikelilingi dengan orang-orang terkasih. Bahagia itu tentang apa yang aku rasakan, membuat hati damai. Aku pendeskripsi yang buruk, mungkin. Susah sekali rasanya kudeskripsikan bahagia itu, tapi aku bisa merasakan adanya 'kebahagiaan'.
Comments
Post a Comment